header-swiper-1
header-swiper-2

Wasiat Beruntuk Baik Kepada Orang Tua Tatkala Kedua Berusia Lanjut

27/04/2016 | Birrul Walidaen



Wasiat Beruntuk Baik Kepada Orang Tua Tatkala Kedua Berusia Lanjut

Beruntuk baik kpd kedua orang tua hukum wajib, baik waktu kita masih kecil, remaja atau sudah menikah dan sudah mempunyai anak bahkan saat kita sudah mempunyai cucu. Ketika kedua orang tua kita masih muda atau sudah lanjut usia bahkan pikun kita tetap wajib berbakti kpd keduanya. Bahkan lebih ditekankan lagi apabila kedua orang tua sudah tua dan lemah. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta`ala dalam surat Al-Isra` ayat 23 dan 24 dalam pembahasan sebelumnya.

Di dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta`ala berfirman bahwa Rabb (Allah) telah memerintahkan kpd manusia agar tdk beribadah melainkan ha kpd Allah saja. Kemudian hendaklah manusia beruntuk sebaik-baik kpd kedua orang tuanya. Jika salah seorang atau kedua-dua ada di sisi dalam usia lanjut maka jangan katakan kpd kedua perkataan `uh` serta tdk boleh membentak keduanya, memukulkan tangan, menghentakkan kaki krn hal itu termasuk durhaka kpd kedua orang tua. Dan katakanlah kpd kedua dgn perkataan yg mulia.

Pada ayat ini Allah mengatakan `kibara`, kibar atau kibarussin arti berusia lanjut, sedangkan `indaka` berarti pemeliharaan yaitu suatu kalimat yg menggambarkan makna tempat berlindung dan berteduh pada saat masa tua, lemah dan tdk berdaya. Imam Al-Qurthubi dalam tafsir menjelaskan tentang lebih ditekankan beruntuk baik pada kedua orang tua pada usia lanjut krn :

Pertama
Keadaaan usia lanjut ialah keadaan dimana kedua membutuhkan perlakuan yg lebih baik krn keadaan pada saat itu sangat lemah.

Kedua
Semakin tua usia orang tua berarti semakin lama orang tua bersama anak. Hal ini dpt menyebabkan `Si Anak` merasa berat sehingga dikhawatirkan akan berkurang beruntuk baiknya, krn segala sesuatu diurusi oleh anak dan keluarlah perkataan `ah` atau membentak atau dgn ucapan, "Orang tua ini menyusahkan", atau yg lain. Apalagi apabila orang tua sudah pikun, akan memuntuk anak mudah marah atau benci kpdnya. Oleh krn itu Allah Subhanahu wa Ta`ala berwasiat agar manusia selalu ingat untuk berbakti kpd kedua orang tua.

Banyak sekali hadits-hadits yg menyebutkan tentang rugi seseorang yg tdk berbakti kpd kedua orang tua pada waktu orang tua masih berada di sisi kita. Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yg diriwayatkan oleh beberapa sahabat yaitu :

"Arti : Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam beliau bersabda, "Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yg mendptkan kedua orang tua berusia lanjut, salah satu atau keduanya, tetapi (dgn itu) dia tdk masuk syurga" [Hadits Riwayat Muslim 2551, Ahmad 2:254, 346]

Kemudian hadits berikut ini :
"Arti : Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam naik ke atas mimbar kemudian berkata, "Amin, amin, amin". Para sahabat bertanya. "Kenapa engkau berkata `Amin, amin, amin, Ya Rasulullah?" Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda, "Telah datang malaikat Jibril dan ia berkata : `Hai Muhammad celaka seseorang yg jika disebut nama engkau namun dia tdk bershalawat kpdmu dan katakanlah amin!` maka kukatakan, `Amin`, kemudian Jibril berkata lagi, `Celaka seseorang yg masuk bulan Ramadhan tetapi keluar dari bulan Ramadhan tdk diampuni dosa oleh Allah dan katakanlah amin!`, maka aku berkata : `Amin`. Kemudian Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam berkata lagi. `Celaka seseorang yg mendptkan kedua orang tua atau salah seorang dari kedua masih hidup tetapi justru tdk memasukkan dia ke surga dan katakanlah amin!` maka kukatakan, `Amin". [Hadits Riwayat Bazzar dalama Majma`uz Zawaid 10/1675-166, Hakim 4/153 dishahihkan dan disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi dari Ka`ab bin Ujrah, diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 644 [Shahih Al-Adabul Mufrad No. 500 dari Jabir bin Abdillah]

Pada umum seorang anak merasa berat dan malas memberi nafkah dan mengurusi kedua orang tua yg masih berusia lanjut. Namun Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam menjelaskan bahwa keberadaan kedua orang tua yg berusia lanjut itu ialah kesempatan paling baik untuk mendptkan pahala dari Allah, dimudahkan rizki dan jembatan emas menuju surga. Karena itu sungguh rugi jika seorang anak menyia-nyiakan kesempatan yg paling berharga ini dgn mengabaikan hak-hak orang tua dan dgn sebab itu dia tdk masuk surga.

Jika kita mencoba membandingkan antara berbakti kpd kedua orang tua dgn jalan mengurusi kedua orang tua yg sudah lanjut usia atau bahkan sudah pikun yg berada di sisi kita dgn ketika kedua orang tua kita mengurusi dan mebesarkan serta mendidik kita sewaktu masih kecil, maka berbakti kpd kedua masih terbilang labih ringan. Mungkin kita mengurus ha beberapa tahun saja. Sedangkan mereka mengurus kita membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun. Dari mulai hamil, hingga dilahirkan kemudian disekolahkan. Kedua orang tua kita memberikan segala yg kita minta mungkin lebih dari 10 tahun bahkan sampai 25 tahun.

Ketika orang tua mengurusi kita, dia mendo`akan agar si anak hidup dgn baik dan menjadi anak yg shalih, tetapi ketika orang tua ada di sisi kita, di do`akan supaya cepat meninggal. Bahkan ada di antara mereka yg menyerahkan kedua ke panti jompo. Ini ialah peruntukan dari anak-anak yg durhaka kpd kedua orang tuanya.

Bagaimanapun keadaannya, kedudukan mereka tetaplah sebagai orang tua kita, walaupun mereka bodoh, kasar atau bahkan jahat kpd kita. Dialah yg melahirkan dan mengurusi kita, bukan orang lain. Maka kita wajib berbakti kpd kedua bagaimanapun keadaannya. Seandai dia beruntuk syirik atau bid`ah, kita wajib mendakwahkan kpd dgn baik supaya dia kembali, kita do`akan supaya mendptkan hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta`ala, bukan diperlakukan dgn tdk baik, beruntuk kasar atau pun yg lainnya.